Senin, 30 Juni 2014

Tugas Ujian Tengah Semester Kritik Seni Rupa 2

                                                  Ujian Tengah Semester Kritik Seni Rupa 2
Soal dan jawaban.
1.      Bagaimana cara kerja kritik seni rupa dengan pendekatan Holistik ?
Kritik seni rupa memiliki peranan penting dalam mengungkapkan macam ragam nila,makana dan permasalahan tentang karya seni,kritik seni holistik yang memiliki tujuan menungkap nilai secara utuh,tidak pincang atau tidak melihat dari perspektif tertentu.Pendekatan hilistik mempunyai sifat plural,multi data, multi methods,multi sumber,menyeluruh dan kompleks.Maksudnya adalah pendekatan ini menggunakan berbagai sumber untuk dicari dan dinilai dalam menjustifikasi baik buruk suatu karya,sedangkan multi methods yaitu sumber sumber yang dicari menggunakan berbagai cari untuk mendapatkan data,dari menggunakan angket,analisis dokumen,obesrevasi langsung maupun wawancara pengamat.
Pendekatan ini ketika akan mengkritiki seni mempertimbangkan karya seni dari pengamat dan dari seniman sendiri agar ketika penilaian tidak ada subjektifitas melainkan penilaian yang objektif.Dalam pendekatan ini harus melibatkan beberapa aspek seperti seniman,karya dan pengamat,jadi memandang karya seni dalam tiga perspektif.Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi dan saling menentukan nilai setiap karya.
1)      Seniman sebagai sumber data atau informasi genetik meliputi kondisi seniman dengan pengalaman khususnya,lingkungan fisik seniman dengan konteks budayanya,proses dan teknik penciptaanya serta lainnya yang semuannya berkaitan dengan yang ada sebelumnyakarya seni selesai diciptakan.
2)      Karya seni sebagai sumber Informasi objektif,diperoleh melalui pengamatn terhadap karya seni yang telah selesai diciptakan.
3)      Penghaya sebagai sumber informasi Afektif,meliputi segala tanggapan yang dirasa dan timbul dari dalam diri penghayat yang menghadapi karya seni.
Implikasi penulisan kritik :
1)      Deskripsi : keunikan teknik dan subjektivitas disampaikan ( menunjukan keholistikan )
2)      Analisis : analisis lebih intra dan ekstra estetik
3)      Interpretasi : melibatkan pertimbangan seniman,pengamat, dan karya
4)      Evaluasi atau justifikasi : harus komprehansif.

2.      Jelaskan Pembahasan Intraestetik dan ekstraestetik.
1)      Intraestetik    : mencakup unsur-unsur secara menyeluruh yang menjadi konteks. Faktor ekstraestetik mencakup sistem 
     (1) nilai, pengetahuan, dan kepercayaan yang menjadi pedoman berkesenian,
     (2) sumber daya lingkungan yang ada dan dimanfaatkan, 
     (3) kebutuhan-kebutuhan seni,
     (4) pranata-pranata seni yang berisikan sistem norma dan peranan yang mengatur tindakan berkesenian,
     (5) perilaku atau pola perilaku seni yang mencakup perilaku penghayatan, pengungkapan, dan pengelolaan seni.
2)      Ekstraestetik : secara konkret terwujud dalam bentuk karya (pelestarian dan penciptaan) yang di dalam wujudnya tercakup
      (1) corak, bentuk, struktur, dan simbol seni,
      (2) media pengungkapan seni, bahan dan teknik-tekniknya, dan
      (3) gagasan pelestarian atau penciptaan seni. Keseluruhannya menunjukkan hubungan timbal-baliknya dalam hubungan sibernetik dan sinergis antara faktor pedoman di satu segi dan energi di segi lain.

3.      Sebutkan contoh penerapan ikon,indeks, dan simbol dalam fenomena visual :
a.       Ikon :
a)      Disket pada ms.word adalah ikon fungsi untuk meyimpan file pada komputer.
b)      Piring dan sendok merupakan ikon rumah makan
c)      Rhoma irama merupakan ikon dari musik dangdut Indonesia
d)     Tangga nada merupakan ikon musik
e)      Obeng dan tang pada handphone merupakan ikon dari fungsi pengaturan
f)       Menara eiffel merupakan ikon dari negara Perancis
               
b.      Indeks :
a)      Piala : indeks dari prestasi yang telah dicapai
b)      Kerutan di kulit : penuaan
c)      Perut membuncit : busung lapar
d)     Jejak binatang,bisa dipahami para pemburu sehingga dapat mengenali binatang apa yang baru saja melewati daerah tersebut.
c.       Simbol :
a)      Yang dan Yang merupakan simbol dari tak ada suatu yang benar-benar baik dan tak ada susautu yang benar-benar buruk.
b)      Baju hitam simbol berkabung
c)      salib ( simbol kepercayaan penganut agama nasrani,kristen,katholik)
d)     cincin polos pada jari tengah simbol pertunangan
e)      Janur kuning melengkung simbol ada pernikahan

4.                                                                                                Analisis karya dengan pendekatan semiotika




Judul               : Temukan aku di Indonesia

Di buat oleh    : Iwan Febrianto
Ukuran                        : A2
Media              : Drawing pen di atas kertas
Tahun              : 2013

a.       Deskripsi
Karya seni rupa merupakan ungkapan perasaan jiwa seseorang yang diekspresikan dan dituangkan dalam sebuah karya baik dalam bentuk lukisan,patung,maupun grafis.Seiring dengan berkembangnya zaman karya seni rupa pun ikut berkembang dari media dan teknik.Iwan febrianto inilah seniman muda yang aktif mengikuti perkembangan seni rupa yang baru,pria yang lahir pada 23 januari 1992 di kota kretek Kudus ini sangat menggemari dunia seni rupa mulai dari lukisan,drawing,desain,dan banyak lagi.Dengan banyak mencoba banyak hal untuk memperoleh pengalaman baru dalam hidupnya,iwan selalu bereksperimen mengenai karya yang ia buat.
Berkarya drawing merupakan kesukaanya,disamping berkarya itulah ia terbiasa memproduksi baju atas desain drawing yang ia buat,dari yang bertemakan budaya,filosofi,aktivitas sehari-hari hingga yang bertemakan oldskull .Iwan febrianto juga terdata sebagai mahasiswa seni rupa fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Semarang,ia saat ini memasuki semester ke enam dengan mengambil program studi pendidikan seni rupa.Selain sebagai mahasiswa ia juga menyukai hal-hal baru,bentuk nyata dari usaha dan berkarya ialah dengan mendirikan perusahaan Bean Clothing yang bergerak dibidang desain baju, dan logo.
Karya drawing yang pernah ia buat adalah yang berjudul Gunungan Jawa pada tahun 2012,dengan media dan teknik yang sama ia mengangkat tema budaya Indonesia khusunya Jawa tengah.Karya Gunungan jawa ini menggambarkan gunungan jawa seperti dalam wayang kulit namun menggunakan teknik pointilis pada bagian tertentu menggunkan media drawing men di atas kertas.”Budaya Indonesia merupakan tema yang menarik sekaligus melestarikan kebudayaan Indoneisa yang adiluhung”,kata seniman muda ini.
b.      Analisis tanda visual serta interpretasi
Karya “Temukan alu di Indonesia” ini dibuat pada tahun 2013 dengan ukuran kertas A2 di atas kertas kertas dengan media drawing pen.Pada karya drawing tersebut terdapat subbject  burung jalak yang meupakan burung khas pulau Bali.Burung jalak yang tengah berdiri di atas sebuah ranting pohon,sebagai background nampak bulatan dan titik-titik seperti bulan dan sekumpulan bintang-bintang yang bertebaran di langit pada malam hari karena background berwarna hitam,hitam merupakan warna yang menandakan gelap,suram,sehingga mengesankan malam hari.Pada samping seperti border yang terlihat mengelilingi subjek utama yakni burung jalak tersebut,terlihat ornamen berupa hiasan khas Bali,berupa sulur-suluran dan pada bagian atas terdapat kepala barong Bali.Pada bagian paling bawah terlihat beberapa bunga kamboja dan garis-garis horizontal yang mengelilinginya.
  Burung jalak merupakan burung khas pulau Bali,burung yang diprediksi hampir punah ini merupakan sejenis burung pengicau.Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna hitam putih dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Warna yang digunakan pada karya ini didominasi hitam putih karena hanya menggunakan media drawing pen.Dari segi keseimbangan karay ini menggunakan keseimbangan simetris,letak subjek matter terletak ditengah dengan kanan-kiri atas-bawah seimbang satu sama lain.Garis yang muncul dibuat tegas dengan kontur yang cukup jelas dan tegas namun tidak dibuat secara kaku,ada beberapa bentuk pada bagian gambar yang dibuat dengan keluwesan seperti bunga,kepala barongan dan burung jalak iu sendiri.
 Dihadirkannya bentuk kepala barongan merepresentasikan bahwa karya tersebut bermuatan unsur budaya lokal pulau Bali,barongan yang biasa ada dalam setiap tarian dan drama khas Bali memunculkan kesan cukup kuat.Bunga kamboja juga menguatkan ke Bali-balian karya ini,seperti yang kita ketahui bersama,bunga kamboja adalah bunga yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyakat Bali,baik untuk disediakan untuk pelenhkap sesaji maupun untuk hiasan pada rambut yang diselipkan di atas telinga.
 Burung jalak pada tahun 2012 telah dicamtumkan masuk daftar satwa yang hampir punah di Indonesia,khususnya jalak Bali sendiri.Burung ini biasa ditangkap di alam liar untuk dijual dan diperdagangkan gelap di pasar Internasional.Ini menjadi rahasia umum bila keberadaan burung jalak bali akan menjadi cerita saja tanpa dinikmati anak cucu kelak,namun masyarakat itu sendiri seakan tutp telinga dan tak mau tau akan hal tersebut demi keinganan dan uang sesaat.
 Seniman seperti mencoba menceritakan dan menyadarkan tentang keberadaan burung jalak yang hampir punah ini untuk segera diselamatkan.Mengangkat akan kepunahan burung jalak yang terjadi jika masih terjadi penangkapan dan memberjualbelikan burung jalak Bali ini.
 "Barong" adalah karakter dalam mitologi Bali, sedangkan di Jawa disebut "Barongan". Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan sebagai seekorsinga. Sendratari tradisional di Bali yang menggambarkan pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering dipertunjukkan sebagai atraksi wisata.
 Seniman menampilkan barongan memperlihatkan bahwa barong sebgai pelindung  pada kepercayaan masyarakat Bali,agar mengingatkan Bali akan keberadaan burung jalak Bali yang hampir punah.Masyarakat seharus melindungan dengan baik seperti karakter figur Barong.
 Penggambaran bunga kamboja yang biasa tumbah di kuburan-kuburan,memperlihatkan kepunahan burung jalak yang akan mati jika terus menerus diburu.Seniman memperlihatkan kekhawatiran dan kegundahan atas fenomena tersebut sehingga menggamabarkan bunga kamboja pada karyanya tersebut walau hanya diselipkan pada bagian bawah karya saja.

c.       Penilaian
             Karya yang mengangkat burung jalak Bali sebagai figur utamanya,yang diselipkan beberapa unsur kebudayaan khas Bali seperti barongan dan bunga kamboja.Memberikan pandangana atas kebudayaan lokal yang ada di Pulau Bali,seniman ternyata ingin menyampaikan kekhawatirannya atas fenomena perburuan burung jalak Bali yag sangat meresahkan,burung ini saat ini hampir punah dan terdata dalam daftar hewan yang hampir punah di Indonesia.
Dalam karya yang berjudul “Temukan aku di Indonesia”,seniman dapat menangkap peristiwa yang sangat luar biasa dan dijadikan objek gambar,apakah benar dapat menemukan burung jalak Bali ini di Indonesia sedangkan keberadaanya hampir punah?.Kekuatan ide dan gagasan yang sangat kreatif dan tak terduga menjadikan karya ini sangat bagus dan menarik.Kualitas bentuk dan teknik pun bisa dikatakan sudah mumpuni dan cakap.Goresan dan garis yang konsisten dan luwes menjdai point atas kualitas teknik yang dikuasai oleh seniman.Ekspresivitasnya pun cukup nampak dalam karya gambar menggunakan drawing pen ini.Namun,yang menjadikan karya ini memiliki kekurangan adalah ada bagian dari komposisi yang masih kurang,yakni banayak bagian yang terlihat kosong.Apakah ini hasil kesengajaan atau ketidakmampuan seniman dalam mengolah komposisi karya tersebut?.Fungsi karya ini juga bagus,karya ini dapat memberikan pesan atas fenomena hampir punahnya burung jalak Bali yang akan disampaikan pada publik.

Tugas 3 : Analisis karya seni rupa dengan pendekatan Semiotik ( Kelompok )



Sarung ki semar dan ksatria-ksatria carangan
Seniman : Heri Dono
Matriks Analisis
Subjek
Deskripsi Unsur Rupa
Denotasi
Wayang
Bentuk : Organis
Warna : Krem pada wajah, tangan dan kaki, Merah pada bibir, jubah,tindik di telinga, dan huruf S, Biru pada pakaian, Kuning pada gelang tangan, gelang kaki, angka 2345 dan outline huruf S, Oranye pada kuku tangan dan kaki, Coklat tua pada celana dalam, Coklat dan coklat kekuningan pada sarung batik, Hijau pada renda – renda sarung, kerah dan pada bintang 14, Merah muda (pink) pada celana legging, Hitam pada bola mata, bulu mata, rambut, dan outline angka di dahi, Putih pada  koyo.
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Garis lengkung pada tubuh subjek wayang.
Figur wayang yang badannya tambun yaitu Semar menggunakan pakaian superman dengan posisi tubuh sedang terbang dan mengacungkan jempol tangan kanan berkesan seperti kesatria yang konyol dengan segala aksesoris yang menempel di tubuhnya
Elipse (Subjek pendukung)
Bentuk : Geometris
Warna : Merah
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Lengkung
Bentuk elipse yang terletak di atas kepala berkesan seperti malaikat
Sinar (Subjek pendukung)
Bentuk : Bersudut
Warna : Hijau pada bintang,kuning muda pada kertas,  dan putih pada sinar.
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Garis lurus pada sinar dan garis lengkung dan bersudut pada bintang dan garis lengkung pada kertas.
Ide yang muncul dari kepala atau otak digambarkan dengan sinar muncul dari dahi dan memantulkan berupa bintang yang di dalamnya terdapat kertas.
Asap (Subjek pendukung)
Bentuk : Organis
Warna : Putih
Tekstur : Tekstur semu, berkesan halus
Garis : Garis lengkung dan lurus.
Asap terletak tepat di belakang pantat dari figure Semar.
Sarung ki semar (Subjek pendukung)
Motif : kotak-kotak
Warna : Kuning kecoklatan dengan sentuhan warna coklat.
Tekstur : Tekstur semu, berkesan  kasar
Garis : lurus yang berpotongan
Sarung kotak hitam-putih-merah-kuning tidak bisa dipakai sembarang orang, keramat, titik, tidak bisa diganggu gugat. Dalam dunia pewayangan cuma empat tokoh yang berhak mengenakan sarung ini, yaitu Ki Semar sendiri, Sang Hyang Bayu, Bima dan Hanoman. Tetapi pada lukisan, sarung kotak-kotak berwarna coklat dan kuning kecoklatan dipakai oleh semar yang dalam cerita pewayangan merupakan tokoh dewa yang memanusia.




Konotasi 1
Konotasi 2
Tokoh wayang semar yang seharusnya mengenakan pakaian yang kental dengan budaya jawa khususnya tetapi sebaliknya malah mengenakan pakaian supermen yaitu seorang kesatria yang berasal dari luar negeri
Dalam cerita mahabarata, ki semar merupakan tokoh dewa yang memanusia dan berperang tanpa menggunakan dendam pribadi dan merupakan seorang kesatria, lakon Mahabharata memang begitu dekat dengan panggung politik kita tapi seluruh rakyat Indonesia yang sudah paham betul bahwa tidak ada yang serius dalam kancah politik negeri ini sehingga tokoh ki semar digambarkan dengan pakaian dan aksesoris-aksesoris yang lucu seolah menyimbolkan kelucuan politik.
Jika biasanya pada kepala seorang malaikat digambarkan dengan bentuk seperti mahkota namun bentuknya hanya bulat dan bolong pada tengahnya,tetapi dalam gambar wayang semar yang berpakaian seperti supermen layaknya seorang kesatria juga terdapat gambar lingkaran pada kepala seakan ingin menyamakannya juga dengan malaikat
Seseorang yang dijuluki dengan malaikat biasanya merupakan orang yang putih atau jernih hati dan jiwanya yang selalu ingin menolong orang-orang yang membutuhkan,tetapi dalam lukisan ini, seorang tokoh digambarkan sebagai ki semar seorang kesatria yang hanya mengenakan pakain dan aksesoris serba lucu dan tidak ada kesan serius seolah menyimbolkan tentang kulucuan seorang kesatria pada jaman sekarang ini.
Sebuah ide yang keluar dari pemikiran tokoh wayang digambarkan dengan cahaya berwarna putih dan terdapat kertas yang penuh dengan tulisan seolah menuliskan beberapa hasil pemikiran
Ide-ide yang keluar dari pemikiran ki semar berupa cahaya putih dan kertas yang terdapat tulisan-tulisan menyimbolkan sebagai janji-jani seorang kesatria.
Asap putih yang terletak di belakang pantat dari figure semar seolah menyimbolkan bahwa pemikiran atau gagasan yang disampaikan akan keluar begitu saja lewat belakang dan seolah menjadi asap putih yang akan menghilang tertinggalkan karena sang tokoh yaitu semar telah terbang tinggi
Asap putih yang terletak dipantat ki semar mengibaratkan janji-jani yang telah disampaikan hanyalah sebuah asap putih dan bualan belaka.
Sarung berwarna coklat dan kuning kecoklatan yang dikenakan oleh ki semar menyimbolkan bahwa semua orang berhak mengenakan sarung tersebut meskipun ia bukanlah seorang yang hebat.
fashion dunia pewayangan, bahwa dalam wayang, warna adiluhung tidak hanya putih bersih, tapi juga mengandung hitam, kuning, dan merah dalam kuantitas yang sama. Jika pada cerita sarung dengan warna-warna yang adiluhung tidak dapat dipaki oleh sembarang orang, tetapi pada jaman sekarang, sarung dapat dipakai oleh siapapun yang mempunyai uang untuk membelinya ibarat kekuasaan yang dibeli hanya dengan uang.

Konotasi -3
Konotasi -4
Ki Semar dengan pakaian ala Superhero sang Superman bertingkah konyol dengan ragam aksesoris yang menempel pada kostum yang ia kenakan .
wayang begitu dekat dengan kehidupan nyata karena dalam wayang kita bertemu dengan model-model tentang hidup dan kelakuan manusia

Konotasi -5
Konotasi Akhir
Dalam babad politik Indonesia modern, kita menemukan hal serupa, terutama adu siasat yang dilakukan untuk mencapai kepentingan, namun karena siasat tersebut terlalu gampang dibaca, maka seringkali berakhir sebagai sebuah guyonan. Yang berbeda, punakawannya bukanlah Anak Ki Semar, tapi seluruh rakyat Indonesia yang sudah paham betul bahwa tidak ada yang serius dalam kancah politik negeri ini.
Lukisan ini menunjukan fenomena politik di Indonesia yang carut marut,penuh dengan adu siasat para lakon politiknya yang hanya memberikan janji palsu :
Siasat Politik.



Tugas 2 : Contoh Kritik Seni Holistik Objek Lukisan ( Kelompok )



Lukisan merupakan ungakapan dari seniman yang di tuangkan pada kanvas yang memiliki berbagai tujuan,mulai dari kritik sosial,budaya,politik dan ekspresi seniman.Djoko Pekik merupakan salah satu seniman berbakat yang terlahir di Jawa  Tengah, Grobogan. Bagi Djoko Pekik, melukis adalah soal keyakinan, pilihan hidup, dan tidak tergantikan apa pun. Ketika keluar penjara pada 1972, ia memilih menjahit dan berdagang batik lurik.Djoko Pekik memiliki pondasi yang baik dalam kesenirupaan dia lulusan dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) 1958, juga bergabung dalam Sanggar Bumi Tarung.
Tahun 1974, Djokopekik dengan empat anak dan satu istri hidup dalam impitan ekonomi, sosial, dan politik. Tidak ada akses apa pun baginya untuk hidup layak dan sejajar dengan manusia lain.


Namun, ia tidak mundur dari kesulitan itu. Justru dalam keadan sulit, muncul karya berjudul Memanah Matahari. Karya tiga dimensi ini ciptaan Djokopekik pada 1966 ketika ia menjadi tahanan penjara Wirogunan Yogyakarta pada 1965-1972. “Karya Memanah Matahari kubuat sebagai ungkapan kegembiraan, ternyata tetap bisa berkarya dalam penjara,” kata Djokopekik.
Djokopekik ditahan pada 1965. Tahun 1966, Bung Karno yang saat itu masih presiden datang ke Magelang meresmikan sekolah militer Bung Karno, memberikan perintah kepada komandan CPM (Corps Polisi Militer) Yogyakarta, Moes Soebagyo.
Lukisan “Pasangan Hidup” ini dibuat pada 19 tahun  1997 diatas kanvas berukuran 30 cm x 40 cm.Pada lukisan terdapat subject seorang perempuan dan laki-laki selayaknya pasangan suami istri yang berdandan menjadi pemain ketoprak dengan perempuan yang sedang bersolek/berdandan untuk siap dalam penampilan seni ketoprak.Seperti karya-karya sebelumnya karakter goresan yang kaku dan kasar dengan tema-tema sosial serta penggambaran figur penari sepertinya tak pernah absen menjadi subjek lukisannya.Terdapat point of interest pada penggambaran figur wanita dengan riasan tebal dan sosok lelaki di sampingkan wanita yang terlihat sedang bercermin karena memang muncul bayangan wanita tersebut di cermin,laki-laki tersebut digambarkan tengah mencium kening wanita tadi.
Ketoprak merupakan kesenian yang berasal dari Jawa, yaitu sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan disajikan. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari cerita epos (wiracarita) : Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.Disisi unsur rupa, warna yang ada pada lukisan tersebut didominasi warna komplementer yaitu hijau,merah. Pada segi keseimbangan lukisan menggunakan keseimbangan asimetris yang dinamis.Garis yang dimunculkan dalam lukisan merupakan garis-garis semu yang tercipta dari batas-batas warna yang berbeda,tidak nampak garis-garis nyata yang membentuk kontur dalam lukisan “Pasangan Hidup”.
Corak lukisan “Pasangan Hidup” dibuat pada tahun 1997 ini memiliki corak yang berkorelasi pada karya Djoko Pekik “Dalang” pada tahun 2008.Hal ini seolah-olah seniman mendapat sumber inspirasi yang cukup  kuat dari budaya Jawa tempat dimana dia dilahirkan.Dari segi visualnya kedua lukisan juga memiliki korelasi yang cukup kuat.Warna yang digunakannya pun tidak jauh dari lukisan “Dalang” yaitu didominasi warna merah dan merah yang cukup mendominasi.Perbedaan mencolok terdapat objek yang dilukiskannya,jika pada lukisan “Dalang” terdiri dari tiga figur yaitu dua orang figur sinden dan satu orang figur dalang.
Pada tahun 1997 dalam dunia seni ketoprak mulai menunjukan indikasi – indikasi meredup kepopulerannya dalam masyarakat.Salah satu kelompok ketoprak dari  Tulungagung bernama Siswo Budoyo yang juga mencetak talen-talenta pelawak terkenal yaitu Topan dan Lesus cukup mendapat dampak negatif pada masa perkembangan pertelevisian Indonesia,dampaknya kelompok ketoprak ini mulai kocar-kacir.Hal ini terjadi karena mulai menggeliatnya industri hiburan modern yang cenderung memicu masyarakat untuk meninggalkan kebudayan tradisional yang diwariskan oleh leluhur kita khususnya di Jawa.Salah satu contohnya adalah mulai lahirnya stasiun-stasiun tv swasta yang menghiasi dunia pertelevisian Indonesia.
Seperti yang kita lihat terdapat subjek matter dalam lukisan ini berupa figur wanita dan laki-laki dengan dandanan penari jawa,sosok laki-laki terlihat mencium kening wanita di sampingnya,ini dapat ditafsirkan sebagai visualisasi sebuah kasih sayang yang tercurah oleh sang lelaki kepada wanitanya,dalam lukisan joko pekik yang berjudul “pasangan hidup” dapat dikatakan bahwa 2 figur lelaki dan wanita ini adalah sepasang kekasih dengan balutan riasan wajah penari jawa.Seniman mencoba menyampaikan bahwa kehidupan jawa khususnya penari jawa khususnya dalam daerahnya sangat dipenuhi dengan kasih sayang,lihat pada sosok laki-laki yang sedang mencium kening wanitanya.Penggambaran cermin pada lukisan tersebut juga harus dikaji, secara logis sebuah cermin akan memantulkan apapun objek di depannya sama besar, jarak bayangan sama, tegak dan berlawanan arah. Tidak peduli apakah si objek adalah beridentitas sebagai benda mewah atau murahan, keras atau lembut, indah atau jelek, semuanya akan dipantulkan.
Jika dilihat dari ekspresi wajah laki-laki memang sangat bisa dirasakan bagaimana kebahagiaan yang dirasakannya,namun lihatlah ekspresi wajah wanita disamoingnya yang tampak sayu,datar,tanpa senyum,seakan-akan tak bahagia.Memperlihatkan raut muka yang tak bahagia dengan bercermin dihadapan lelakinya,bayangan pada cermin itupun nampak sama sayunya dengan sosok wanita tersebut.Cermin mengisyaratkan bayangan hati sang wanita yang tengah pilu karena sesuatu dalam hatinya.
Namun yang perlu diketahui luasnya cermin hanya memantulkan bayangan abstrak namun dapat memperlihatkan bagaimana hati tengah merasakan apa.Lukisan yang bertemakan kehidupan bercintaan sepasang sejoli ini sangat delimatis jika kita memperhatikan betul dan dapat mendapatkan intuisi dan katarsis dalam menemukan makna dalam lukisan ini,dikatakan delimatis karena sang lelaki yang sangat bahagia dengan mencium kening sang wanita,namun wanita yang dicintainya tak memberikan umpan balik terhadap cinta sang lelaki,cinta bertepuk sebelah tangan.Seniman sepertinya hendak mengutarakan bahwa yang namanya pasangan hidup tak selalu saling mencintai,walaupun kadang kala harus dimulai dari cinta yang bertepuk sebelah tangan dari salah satu pihak namun dari kesungguhan untuk membuktikan ketulusan cinta nantinya juga akan memperluluh hati pasangan.
Dalam lukisan Joko pekik yang berjudul “Pasangan Hidup” ini kekuatan ide dan ekspresivitas memang sangat kuat dan hebat dengan mengecoh publik dengan juudl yang sedemikian rupa namun isi dan makna dalam lukisan jika diamati dengan dalam dan direnungkan secara mendalam sangat mengejutkan,cinta yang bertepuk sebelah tangan.Goresan yang ekspresif menyatakan jati diri seniman yang cekatan dan selalu mengekspresikan jiwanya yang berkobar sangat mewakili.Namun jika dilihat dari teknik dan bentuk belum bisa dikatakan baik bahkan secara sekilas tampak kekurangan yang sangat mencolok.Beberapa kekurangan harus diperhitungkan dan dalam pemberian judul “pasangan hidup” tak nampak visualisasi kasih sayang antar ke duanya,hanya salahsatu pihak yang menampakan kebahagiaanya,disinilah pertanyaan muncul apakah pemberian judul karena kekuatan ide Joko pekik dalam mengecoh publik yang tak sesuai judul ataukah ketidakmampuan seorang Joko pekik dalam mengkonsep karya yang dibuatnya?.

Beberapa pendapat masyarakat luar terhadap karya Joko Pekik yang berjudul “Pasangan Hidup”,Zeni Ismawati mahasiswa program studi Pendidikan bahasa Prancis ini berpendapat bahwa,”Lukisan Joko pekik yang berjudul pasangan hidup menggambarkan kekontrasan antara si wanita yang berekspresi agak sedih dan lelaki yang agak tersenyum warna latar belakang ynag berwarna hijau sama dengan baju si wanita kurang pas.Kalung si wanita seperti kucing.Dan kenapa lelaki menggunakan anting(tindik).Pewarnaan wajah dan kulit tubuh terlalu kuat.”.Berikutnya Aulia Ulfanah Pratiwi menambahkan argumennya bahwa,”Lukisan Djoko pekik “ benar-benar menggambarkan sepasang suami istri yang saling mencinta,dilihat dari pewarnaan pada wajah keduanya berwarna putih yang menggambarkan kasih sayang mereka.Selain itu dilihat dari bentuk wajah sang lelaki yang menonjol pada bagian dagu sedangkan wanita menonjol pada bagian kening,menggambarkan keduanya saling melengkapi satu sama lain.Namun terdapat kritik dalam pewarnaan pakaian keduanya mengapa tidak ynag senada sehingga lebih menggambarkan chemistry keduanya sehingga terlihat mantap.”Yang terakhir seorang mahasiswi program studi pendidikan bahasa Arab bernama Uswatun Khasanah berkata,”Lukisan Djoko pekik ini sudah mencerminkan sepasang suami istri.Ekspresi mukia sang istri menunjukan bahwi ia sangat takut kehilangan suaminya.Sang suami juga terlihat memberikan kepercayaan kepada istrinya.Lukisan ini sudah bagus,tetapi menurut saya kepalanya terlalu besar,bentuk wajah juga kurang seimbang dan kurang rapi.Warna muka juga kurang menarik”.
                                                 Sang Maestro Joko Pekik
Profil Seniman :
Tempat,Tanggal Lahir : 
Grobogan,Purwodadi 2 Desember 1938
Pendidikan :
Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) 1958, juga bergabung dalam Sanggar Bumi Tarung.

Alamat : 
Desa Sembungan,Tamantirto,Kasihan Bantul,Yogyakarta

Kategori : 
Seni Rupa (pelukis gaya Realisme )

Kegiatan pameran :
·         Pameran tunggal: 1990 – “Rona Kehidupan” di Edwin’s Gallery,Jakarta / 1993
·         Pameran Tunggal di Taman Budaya Surakarta / 1995
·         Pameran Tunggal di Ganesha Gallery, Four Seasons Resort, Bali / 1998
·         Pameran “Indonesia 1998 : Berburu Celeng”, Bentara Budaya, Yogyakarta / 1999
·          Pameran “Indonesia 1998 : Berburu Celeng”, Galeri Nasional, Jakarta dan Bentara Budaya, Yogyakarta. Pameran bersama: 2001
·         “Melik Nggendong Lali”, Bentara Budaya,Yogjakarta / 2002
·         “Urip Mampir Ngombe”, Bentara Budaya, Yogyakarta / 2003 – “ Borobudur Agitatif”, Langgeng Galeri, Magelang.